Kambing Alpine jadi salah satu jenis yang memiliki kualitas dan produktivitas susu yang baik.
Bahkan susu kambing alpine terkenal bagus untuk produk turunan seperti sabun, masker hingga mentega.
Kambing ini juga terkenal kuat menghadapi iklim ekstrem. Produktivitas kambing alpine juga lebih unggul dibandingkan jenis kambing perah lain seperti saanen dan toggenburg.
Dengan bobot dewasa mencapai 61 kilogram, kambing ini mampu mendaki pegunungan terjal di cuaca panas dan dingin.
Kambing Alpine memiliki bulu putih, abu-abu, coklat dan hitam. Ciri khas yang paling kuat yakni tanduknya yang panjang dan telinga berdiri tegak.
Meski kambing alpine tampak gagah dan garang, namun sebenarnya memiliki karakter yang jinak saat dipelihara manusia.
Jenis kambing alpine lainnya, ada yang berasal dari Inggris (British Alpine).
Di Eropa kambing ini jadi andalan produsen susu untuk menjadi produk turunan susu segar, susu bubuk dan produk lainnya.
Kambing british alpine berasal dari Swiss dan pegunungan Alpine Austria. Bahkan perkembangan kambing perah alpine sudah dimanfaatkan sejak tahun 1900-an.
Kambing alpine tersebar luas di Eropa tengah dan utara, khususnya kawasan Swiss, Prancis dan Italia.
Sebagian juga telah dibudidayakan di India Barat, Guyana, Madagaskar, Mauritius dan Malaysia.
Untuk produktivitas susu sendiri, kambing alpine memiliki masa laktasi yang panjang.
Di India Barat pernah tercatat produksi susu kambing alpine lebih dari 4,5 kg per hari pada laktasi ke dua dan tiga.
Tetapi di Malaysia dan Mauritius pengembangan kambing ini gagal antara lain karena kelembaban yang tinggi.
Sumber lain menyebut, kambing alpine mampu menghasilkan susu mencapai 1600 liter dalam 310 hari masa laktasi.
Untuk mencapai jumlah tersebut tentu membutuhkan kualitas pakan dan iklim yang sesuai.