Ilustrasi Kambing Perah (pexels simo berger)

Indonesia ternyata memiliki banyak jenis kambing lokal yang memiliki keunggulan tersendiri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, telah menggolongkan 8 jenis kambing lokal di Indonesia yang memiliki ciri-ciri berbeda, mulai dari ukuran tubuh, tanduk, telinga, ekor dan pola warna.

8 kambing lokal tersebut antara lain, kambing kacang, kambing kosta, Kambing gembrong, Kambing marica, kambing muara, kambing samosir, peranakan etawa dan kambing benggala.

Di Indonesia sendiri, saat ini jenis kambing yang terdeteksi berusia paling tua yakni jenis kacang yang sudah ada sejak tahun 1900-an.

Sejarah manusia mulai menjinakkan kambing tercatat sejak tahun 8000-7000 SM di kawasan pegunungan Asia Barat. Kambing yang dijinakkan bernama bezoar goat (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy), dan makhor goat di pegunungan Himalaya (Capra falconeri).

Dari tiga jenis kambing liar tersebut, jenis kambing bezoar paling banyak berkembang di Asia, termasuk Indonesia. Saat ini, ada dua jenis kambing lokal yang paling banyak di Indonesia yakni jenis kacang dan peranakan etawa.

Saat masa pendudukan Belanda, ada sejumlah kambing masuk ke berbagai daerah sehingga menambah keragaman genetik kambing lokal. Kambing-kambing ini akhirnya memiliki karakteristik unik sesuai ekosistem lingkungan tinggal.

Berikut sejarah singkat 8 kambing lokal Indonesia.

Pertama, kambing marica. Kambing ini berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Kambing ini tersebar di sejumlah kabupaten seperti Maros, Jeneponto, Sopheng dan sejumlah daerah Makassar. Menurut FAO, kambing ini tergolong langka dan terancam punah.

Secara fisik, kambing marica memiliki kemiripan dengan kambing kacang. Bahkan tubuh kambing marica lebih kecil dari kambing kacang. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah.

Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu

Kedua, kambing samosir. Kambing ini berasal dari Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara. Kambing samosir, sesuai topografis lingkungan sekitarnya, mampu bertahan di iklim kering dengan dataran tinggi berbukit. Kambing samosir memiliki postur yang serupa dengan kambing kacang.

Kambing samosir memiliki ciri bulu dominan berwarna putih, bahkan tanduk dan kukunya juga berwarna keputihan.

Ketiga, kambing muara. Kambing ini berasal dari Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Kambing muara bisa dikatakan jenis lokal yang besar dan layak disandingkan dengan jenis kambing peranakan etawa.

Kambing muara juga cocok untuk menjadi kambing perah. Kambing muara memiliki ciri khas bulu bervariasi antara warna coklat kemerahan, putih dan hitam.

Keempat, kambing kosta. Kambing ini berasal dari kawasan Jakarta dan Banten. Kambing kosta memiliki ciri fisik hidung rata dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek dan berbulu pendek. Kambing ini diduga terbentuk dari persilangan kambing Kacang dengan salah satu rumpun kambing impor.

Kelima, Kambing Gembrong. Kambing ini berasal dari Kabupaten Karangasem, Pulau Bali. Kambing ini memiliki ciri khas bulu panjang 15-25 centimeter. Bahkan kambing gembrong memiliki rambut yang bisa menutupi muka dan telinganya.

Keenam, kambing peranakan etawa (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan antara jenis kambing kacang lokal dengan etawa. Bila kambing kacang dikenal memiliki postur tubuh kecil namun sangat kuat menghadapi iklim tropis di Indonesia. Sementara etawa berasal dari India dengan nama populer lain Jamnapari dikenal memiliki postur besar.

Kambing etawa jantan memiliki tinggi mencapai 90 hingga 127 centimeter dengan bobot mencapai 91 kilogram, sementara betina sampai 63 kilogram.

Salah satu ciri khas kambing etawa, memiliki daun telingan lebar dan panjang. Bagian dahi dan hidungnya terlihat kokoh sedikit cembung. Meski bagian kepala memiliki struktur kokoh, bagian tandung jenis etawa bertanduk pendek.

Ketujuh, kambing kacang. Kambing ini merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing kacang, mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana.

Kambing kacang, baik yang berkelamin jantan maupun betina mempunyai tanduk dengan ukuran panjang 8 – 10 cm. Berat tubuh kambing kacang dewasa rata-rata sekitar 17 – 30 kg.

Kedelapan, kambing benggala. Kambing ini berasal dari Pulau Timor dan Flores Provibsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kambing benggala diduga berasal dari percampuran jenis kambing black benggal dengan kambing kacang. Kambing black benggal masuk ke kawasan NTT dibawa oleh para pedagang asal Arab sebelum pendudukan Belanda.

Persilangan kambing black benggal dan kambing kacang selama ratusan tahun menjadikan ciri khas sesuai ekosistem dan iklim lingkungan sekitar. Hasilnya, kambing mengalami perubahan genetik dan bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Kambing benggala memiliki ukuran lebih besar dibandingkan kambing kacang. Kambing ini memiliki ciri khas warna hitam dan kecoklatan. (mua)

Referensi:

Pamungkas, Fitra Aji dkk, “Petunjuk Teknis Potensi Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2009

Komentar Anda