SRILESTARIFARM– Presiden Soekarno ternyata punya peran penting mendukung sektor peternakan di Indonesia.
Siapa sangka, Presiden Soekarno pada tahun 1947 membawa kambing jenis jamnapari atau ras etawa dari India ke Lumajang, Jawa Timur.
Di Lumajang, tepatnya di kawasan Senduro dan Gucialit terdapat ras kambing lokal bernama menggolo. Kambing menggolo ini secara fisik lebih besar dan kokoh dibandingkan jenis lokal kambing kacang.
Soekarno sengaja membawa kambing etawa dari India, untuk dikawin silang dengan kambing menggolo di Lumajang.
Hasilnya, muncul tas baru yang kita kenal dengan kambing etawa senduro.
Dari kesaksian sejumlah warga Lumajang, Presiden Soekarno membawa 2 kambing etawa tersebut di dua tempat terpisah di Lumajang. Satu di Senduro dan satu lagi di Gucialit.
Pemerintah kemudian baru menetapkan kambing ras etawa senduro sebagai kekayaan sumber genetik ternak lokal Indonesia pada tahun 2014, melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1055/Kpts/SR.120/10/2014.
Pemerintah Kabupaten Lumajang sendiri juga memperkuat keputusan tersebut, melului Keputusan Bupati Lumajang Nomor 188.45/176/427.12/2015.
Keputusan tersebut menetapkan Kecamatan Senduro dan Kecamatan Pasrujambe sebagai wilayah sumber bibit Kambing Senduro di Kabupaten Lumajang.
Tidak seperti jenis peranakan etawa lain yang berwarna hitam dan putih, jenis etawa senduro memiliki ciri khas khusus.
Warna kambing dominan putih, muka cembung, tak memili tanduk dengan telinga panjang menggantung ke bawah sampai 50 centimeter.
Jenis ini terutama ditemui di Senduro, kawasan kaki Gunung Semeru.
Bahkan menurut peternak setempat, kambing etawa putih ini dapat tumbuh setinggi 120 centimeter dengan berat 170 kilogram.
Untuk itu kambing ini cocok untuk menggenjot sektor produksi daging. Kendati demikian, kambing etawa senduro juga memiliki produktivitas susu yang bagus.
Masa laktasi kambing etawa senduro bisa berlangsung selama 150 hari dengan produktivitas 2 liter per hari.
Data dari Dinas Peternakan Jatim menyebut, kambing senduro menghasilkan produksi susu 0,8 liter per hari selama 1 periode laktasi 150 hari.
Puncak produktivitas susu kambing etawa senduro dapat mencapai 2 liter per hari.
Untuk pakan ternak kambing etawa senduro cukup mudah. Bisa memberi hijauan seperti daun lamtoro, daun turi, daun mahoni dan rerumputan.
Dapat memberikan campuran limbah industri pengolahan pertanian seperti ampas tahu, tumpi jagung dan kulit kacang kedelai.
Pertumbuhan bobot badan kambing etawa senduro usia 90 hari rata-rata 14,31 kilogram dan bobot umur 1 tahun yaitu 46 kilogram. (mua)
Referensi:
Disnak.jatimprov.go.id
Lumajangkab.go.id
Lumajangsatu.com