Ilustrasi Kambing PE/Dok Kulonprogokab

SRILESTARIFARM-Buat para peternak pemula, seringkali dibuat bingung apa perbedaan kambing perah jenis etawa, jawarandu, senduro, kaligesing dan ada istilah kambing peranakan etawa (PE). Semua seringkali bercampur aduk hingga sulit dipahami.

Sejatinya ketiga jenis kambing tersebut memiliki satu kemiripan dan garis keturunan yang sama. Ibarat kata, serupa tapi tak sama.

Berikut ini rangkuman perbedaan kambing etawa, jawarandu dan senduro dan istilah PE. Kambing ini paling populer dibudidayakan di Indonesia, terutama untuk skala kecil hingga bisnis untuk kambing perah atau pedaging.

Pertama, kita harus memahami dahulu induk utama kambing etawa yang jadi cikal bakal kemunculan jenis senduro dan jawarandu.

1. Kambing Etawa Kaligesing

Kambing etawa sebenarnya berasal dari India dengan nama lain jamnapari. Sekitar tahun 1930-an, kambing etawa ini masuk ke Indonesia, tepatnya di wilayah Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Nah, di Jawa sendiri terdapat jenis kambing lokal yang biasa disebut jawarandu atau kambing kacang.

Nama kambing jawarandu sendiri juga memiliki banyak sebutan, seperti bligon, koplo, kacukan, dan gumbolo.

Tidak heran bila persilangan kambing etawa di Kecamatan Kaligesing, disebut sebagai etawa kaligesing. Sementara, sebagian ada yang menyebut, persilangan etawa di Kaligesing juga bernama etawa jawarandu.

Nah, biar tidak bingung antara nama daerah dan jenis lokal yang dikawinkan silang, jenis ini sederhananya disebut kambing PE atau peranakan etawa.

2. Kambing Etawa Senduro

Kambing etawa senduro sendiri juga jenis baru hasil persilangan kambing lokal asal Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Kambing lokal asal Senduro ini bernama menggolo.

Seperti jenis jamnapari, peranakan kambing etawa memiliki ciri khas pada tekstur kepala yang menonjol (roman nosed) dan bentuk kuping yang panjang terlipat.

Persilangan kambing etawa dengan ras lokal menggolo, Senduro Lumajang sendiri terjadi pada tahun 1947. Saat presiden soekarno membawa kambing jamnapari ras dari etawah, uttar predesh india ke indonesia untuk keperluan pengembangan silang.
Kambing jenis ini disilangkan dengan kambing menggolo yang memiliki ukuran lebih besar daripada kambing kacang. hasil silangan ini disebut dengan kambing etawa ras senduro (etsen).

Kambing etawa putih hanya dapat ditemui di senduro, sebuah desa yang terletak di kaki gunung semeru. Kambing etawa putih dapat tumbuh sampai berat 170 kilogram.

selain memberikan daging yang sangat bergizi, kambing etawa senduro juga dapat diperah susunya, sehingga para peternak mendapatkan penghasilan tambahan. ciri kambing etawa ras senduro memiliki postur dan ketebalan yang bagus, produksi susu sama dengan kambing etawa pada umumnya.

3. Peranakan Etawa (PE)

Kambing PE merupakan hasil persilangan antara jenis kambing lokal Indonesia dengan etawa. Bila kambing kacang dikenal memiliki postur tubuh kecil namun sangat kuat menghadapi iklim tropis di Indonesia. Sementara etawa berasal dari India dengan nama populer lain jamnapari dikenal memiliki postur besar.

Hasilnya, kambing PE mendapatkan dua-duanya dari keunggulan jenis kacang dan etawa.

Kambing PE jantan memiliki postur tinggi 90-127 centimeter dengan berat hingga 91 kilogram. Sementara kambing PE betina rata-rata setinggi 92 centimeter dengan bobot 63 kilogram.

Sementara itu, sebaran populasi kambing segala jenis, di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat populasi kambing pada tahun 2021 di Indonesia mencapai 19,23 juta ekor, naik 2,89 persen dibandingkan tahun 2020. Bila ditinjau dari data statistik, jumlah populasi kambing di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak tahun 2011.

Populasi kambing paling banyak berada di Jawa Tengah, yakni 3,79 juta ekor. Jawa Timur dan Lampung berada di posisi selanjutnya dengan jumlah kambing masing-masing sebanyak 3,76 juta ekor dan 1,57 juta ekor.

Sementara itu, populasi kambing di Indonesia juga pernah mengalami penurunan akibat dampak krisis ekonomi di tahun 1997. Kondisi tersebut masih berlanjut hingga tahun 2001.

Jumlah populasi pada akhir tahun 1997 sebesar 14.163.000 ekor menurun menjadi 12.456.000 ekor pada bulan Mei 2001.

Untuk di Pulau Jawa sendiri, sebaran pembudidaya jenis PE terbanyak berada di Jawa tengah.

4. Kambing Kacang

Kambing kacang merupakan jenis lokal asli Indonesia yang terkenal paling adaptif dengan iklim tropis. Kambing ini juga banyak ditemukan di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Filipina. Selain adaptif, kambing kacang juga terkenal memiliki reproduksi terbaik. Kambing ini bisa melahirkan anakan hingga 4 ekor.

Tingkat kesuburan kambing kacang relatif tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih 79,4 %, sifat profilik anak kembar dua 52,2 %, kembar tiga 2,6 %, dan anak tunggal 44,9 %. Peternak sudah bisa mengawinkan kambing kacang di usia 15-16 bulan.

Kambing kacang memiliki fisik berukuran jauh lebih kecil bila dibandingkan jenis kambing lain seperti Peranakan Etawa dan Anglo Nubian. Kambing kacang dewasa rata-rata sekitar 17-30 kilogram. Tinggi badannya sekitar 55 sampai 60 cm.

Bobot kambing jantan dewasa kambing kacang berkisar antara 25 kg, sedangkan pada jenis betina hanya sekitar 20 kg

Meski ukuran fisiknya yang kecil, kambing kacang jadi pilihan tepat untuk dikawin silang dengan jenis kambing etawa (Jamnapari). Hasilnya, muncul kambing peranakan etawa yang lebih adaptif dibudidayakan di iklim tropis Indonesia.

Hasil persilangan kambing kacang dengan etawa, membuat kambing peranakan etawa (PE) di Indonesia saat ini menjadi unggulan. Selain bisa jadi kambing dengan postur besar dan berbobot, kambing PE juga memiliki produktivitas susu yang baik.

Kambing kacang memiliki ciri ciri warna bulu tunggal, yakni: putih, hitam dan coklat. Beberapa lainnya juga ditemukan kombinasi warna bulu dari ketiga warna tersebut. (mua)

 

Referensi:

S. Rusdiana, L. Praharani, dan Sumanto, “Kualitas dan Produktivitas Susu Kambing Perah Persilangan di Indonesia”, Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 34 No. 2 Juni 2015: 79-86

Dataindonesia.id,
“Populasi Kambing Indonesia Capai 19,23 Juta Ekor pada 2021”. https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/populasi-kambing-indonesia-capai-1923-juta-ekor-pada-2021.

https://disnakkan.grobogan.go.id/info/berita/533-mengenal-kambing-peranakan-etawa

“Kambing Kacang Kambing…” repository.uin-suska.ac.id

Buku Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa Oleh Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.Agr , Ir. Zainal Abidin

Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan, bbpkhcinagara.com

distanpangan.baliprov.go.id

Lumajangkab.go.id

Komentar Anda